Penelitian menemukan bahwa 97,6% masyarakat di DKI Jakarta membuang minyak jelantah ke saluran air dan tanah, sehingga setiap bulannya ada jutaan liter minyak jelantah yang berpotensi mencemari lingkungan.
Apabila sudah bercampur dengan air, minyak jelantah akan sulit untuk dipisahkan, sehingga saluran air menjadi mudah tersumbat, rentan banjir, ekosistem terganggu dan memicu penyakit karena kualitas air yang buruk.
Minyak jelantah sebenarnya masih memiliki nilai ekonomi untuk dikumpulkan karena dapat diolah menjadi biodiesel yang merupakan sumber energi ramah lingkungan.